Khitanan Ocha
November 2011
Tujuh tahun Ocha berumur saat
ini, dan sudah saatnya Ocha melakukan khitan seperti anak-anak seusia nya yang
beragama Islam, inilah suatu waktu yang menjadi tanda bahwa Ocha sudah
besar dan setelah itu wajib hukumnya untuk
melaksanakan rukun Islam sebagai umat Islam yang beriman kepada Allah SWT.
Dengan kondisi Ocha saat ini memang
tidak mudah untuk memilih metoda apa yang tepat dan dimana Ocha akan di khitan,
begitu banyak keraguan dan pertanyaan yang ada dalam pikiran kami.
Berbekal browsing ke beberapa tempat utk khitan seperti www.rumahsunat.com , www.rumahkhitan.com dan beberapa klinik yang memang menangani
anak autis untuk di khitan juga berkonsultasi dengan terapis favorit Ocha, Om
Taufik Hidayat ( Polaris Therapis) dan juga membaca jurnal dan review /
postingan-postingan di berbagai blog para parents anak special, kami membandingkan metode, proses, lokasi, biaya
dan cara penanganan pasca khitan akhirnya kami memutuskan untuk berkonsultasi
dengan Prof.Darmawan Sp.Bedah di RSPI.
Dokter yang juga mengkhitan putera dari teman kami Adi dan Vivi. (Kami
sempat bertemu ketika mereka baru saja selesai
mengkhitankan putranya beberapa waktu lalu, dimana ekspresi yang tenang
dan santai dari wajah puteranya membuat kami bertanya dengan dokter siapa dan
metode apa yang digunakan ).
Hasil
dari konsultasi dengan Prof. Darmawan Sp.Bedah ini, membuat kami merasa yakin
apalagi sang dokter mengatakan memang mempunyai proses yang khusus ketika
menangani anak autis , baik dari proses pembiusannya yang menggunakan balon
bius yang menarik buat anak, juga dosis obat bius yang terukur mengingat perbedaan tingkat
ketahanan tubuh tiap anak memang berbeda
dan juga kamar yang akan digunakan adalah kamar operasi bukan kamar praktek
biasa (untuk khitan yang sifatnya umum
khitan dilakukan di kamar praktek) dan juga proses pasca khitan yang sangat sederhana untuk Ocha. Yang sempat menjadi keraguan kami
hanyalah masalah harga yang hampir seharga biaya proses melahirkan
di RS umum , Total biaya yang harus kami keluarkan adalah sekitar 7 juta
rupiah.
Namun berdasarkan diskusi dan dan doa yang kami lakukan , disamping secara lokasi Ocha sudah sangat familiar sekali (
ini point yang sangat penting) kami memutuskan
untuk khitan di RSPI bersama dokter Darmawan pada tanggal November 2011 pukul 07.00 WIB.
Di hari yang sudah direncanakan, sekitar
pukul 04.45 WIB, kami sudah membangunkan Ocha, dan mengajak untuk Sholat Shubuh
berjamaah seraya memohon doa untuk proses kelancaran khitan Ocha yang akan dilaksanakan pada jam 7 pagi.
Setelah berdoa dan membersihkan badan
(dilap saja) kami pun berangkat bertiga, Abah, Amih dan Ocha menuju RSPI.
Pukul
06.00 WIB Ocha masuk ke ruang operasi , dia melihat dokter yang sudah
dikenalnya dan suster yang ramah yang mengijinkan membawa Nitendo-DSnya membuat
Ocha merasa tenang dan yakin. Sebelum abah meninggalkan Ocha di ruang operasi abah
mencium Ocha dan membisikan untuk bersama-sama melafalkan ” Bismillahirahhmannirrahim
dan membacakan niat bahwa Ocha melakukan khitan karena Allah SWT”. Terus terang
ini merupakan hal yang mengharukan sekaligus membanggakan buat kami sekeluarga,
Ocha kecil kami masuk ke ruang operasi dengan tenang sambil tersenyum dan
memandang kepada kami seolah mengatakan “ tenang Abah, tenang Amih, Ocha akan
baik- baik saja”. Tidak terasa air mata saya menetes melihat situasi ini. Ada sedikit rasa kekhawatiran
dan rasa bangga, semua bercampur aduk dalam hati ini.
Sudah
satu jam waktu berlalu operasi dilakukan dan kami merasa dag dig dug gak karuan
, Amih menghilangkan stressnya dengan Blackberry messangernya, sedangkan Abah
sibuk dengan kamera PEN yang sengaja di beli untuk acara khusus ini. Entah
objek apa yang di photo yang jelas dinding dan kulit sofa pun jadi a untuk
menutupi rasa kegalauan ini.
Akhirnya setelah menunggu 1 jam, yang ditunggu tunggu
keluar, Suster yg membawanya masuk, keluar sambil tersenyum , mengatakan prosesnya
berjalan lancar dan Ocha sedang setengah tertidur di ranjang pintu keluar kamar
operasi siap untuk dibangunkan dan dibawa pulang.
Terlihat
kedinginan dan setengah teller Ocha minta pulang dan ingin bermain Nitendonya, tidak terlihat dia ketakutan
bahkan kesakitan, semua terlihat biasa saja.
Ditemani bude Evie yang
belakangan datang dan Mba Putu , Teman Kecil Abah yang sekarang bekerja di
RSPI, kami pun menebus obat dan langsung pulang ke rumah Sebuku.
Alhamduliah
lega rasanya seperti melepaskan beban yang berat dan penantian yang panjang…yaa
pastinya rasa ini pasti juga dirasakan sebagai orang tua yang mempunyai anak
laki laki pertama dan ber predikat anak special . Semua terbayar dengan melihat
Ocha pulang dengan wajah yang tersenyum bahagia disambut oleh sang kakak
cantiknya Damara lengkap dengan hadiahnya WII merah Mario Bross, seperti yang
diinginkannya.Oh yaa, memang WII merah ini adalah impiannya dan syarat
memilikinya memang harus disunat seperti yg sekarang sudah dijalankannya.
Merayakan
khitan Ocha memang kita rencanakan tidak berlebihan , cukup saudara dan
tetangga terdekat saja yg kita kirimkan nasi kuning berkat, sekaligus minta
doanya agar kesembuhan dan niat suci kami bisa di ijabah oleh Allah SWT.
Selamatan kecil ini, dihadiri oleh Eyang Kakung, Eyang Putri yang khusus datang
dari Lampung , Ninin yang datang dari Bogor, Bude, Pakde, Mba Alma dan juga Wa Arief dari Serpong beserta Wa Dewi, Ka
Darin dan Zaki.
Terima Kasih ya Allah atas
kelancaran, kemudahan dan Nikmat yang diberikan , mudah2an ketaqwaan kami atas
proses khitan Ocha ini membuat kami sekeluarga lebih beriman dan khususnya
buat Ocha menjadi lebih giat dalam sholat, mengaji dan berdoa, seperti yang
selalu di ucapkan dan diingatkan oleh Almarhum Kiki tercinta, AMIN
YARRABBALALAMIN.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar